Selengkapnya...
Tata Cara Pembuatan Kompos Cair
Dalam pengolahan kompos ini, peran masyarakat cukup tinggi. Karena budaya ini lebih efektif bila dimulai dari rumah sendiri, yaiu menumbuhkan kebiasaan untuk memisahkan sampah kering (non-organik) dan sampah basah (organik). Kenapa harus dipisahkan? karena kedua sampah tersebut pemanfaatannya berbeda, yakni : sampah kering bisa didaur ulang menjadi berbagai macam barang, sedangkan sampah organik bisa dimanfaatkan menjadi kompos dan pupuk cair. Pupuk yang dihasilkan dari sampah organik ini biasa disebut dengan pupuk organik. Selain menyehatkan lingkungan, keunggulan lain dari pupuk organik ini adalah dapat membantu revitalisasi produktivitas tanah, menekan biaya usaha tani, serta meningkatkan kualitas produk.
Pada dasarnya, sampah organik tidak hanya bisa dibuat menjadi kompos atau pupuk padat, tetapi bisa juga dibuat sebagai pupuk cair. Pupuk cair ini mempunyai banyak manfaat. Mulai dari fungsinya sebagai pupuk, hingga sebagai aktivator untuk membuat kompos.
Untuk membuat kompos cair dibutuhkan alat atau wadah yang disebut komposter. Yakni sebuah tempat yang dibuat dari tong sampah plastik atau kotak semen yang dimodifikasi dan diletakkan di dalam atau di luar ruangan. Komposter ini bertujuan untuk mengolah semua jenis limbah organik rumah tangga menjadi bermanfaat.
Adapun langkah-langkah untuk melakukan pengomposan dengan menggunakan komposter, adalah sebagai berikut :
1. Pilih sampah organik seperti sisa makanan, sisa sayuran, kulit buah, sisa ikan, dan daging segar agar terpisah dari sampah. Sampah berupa plastik, kardus bekas minyak, oli, beling, dan air sabun harus dipisahkan agar prosesnya berjalan cepat.
2. Sampah yang berukuran besar seperti batang tanaman, sayuran daun, atau kulit buah yang keras sebaiknya dirajang terlebih dahulu agar pembusukannya sempurna. Selain itu, volume sampah yang terapung juga semakin banyak.
3. Siapkan cairan bioaktivator boisca, yakni salah satu bioaktivator yang bisa digunakan untuk mempercepat proses pengomposan. Bioaktivator ini berfungsi untuk membantu mempercepat proses pembusukan.
Tata cara penggunaannya sebagai berikut, Pertama, siapkan sprayer ukuran 1 liter. Kedua, isi sprayer dengan air. Sebaiknya gunakan air sumur karena tidak mengandung kaporit. Namun, jika ingin memakai air PAM, air tersebut harus diendapkan terlebih dahulu selama satu malam. Tujuannya agar kaporitnya menguap. Pasalnya, kaporit di dalam air bisa mematikan mikroba yang ada di dalam boisca. Ketiga, tambahkan boisca ke dalam sprayer dengan perbandingan 1 liter air ditambah dengan 1-2 tutup botol boisca. Dan, Keempat, kocok-kocok sampai merata. Setelah itu, cairan siap digunakan.
4. Setelah sampahnya terkumpul dan dirajang, masukkan seluruhnya ke dalam komposter, lalu semprotkan boisca hingga merata ke seluruh sampah dan tutup rapat komposter.
5. Pada awal pemakaian, komposter baru bisa menghasilkan lindi (air sampah) atau kompos cair setelah dua minggu. Selanjutnya, pemanenan lindi dilakukan setiap 1-2 hari sekali.
Teknik pembuatan kompos cair ini diungkapkan Sukamto Hadisuwito dalam buku Membuat Pupuk Kompos Cair yang diterbitkan oleh AgroMedia Pustaka. Buku ini berisi tentang tip mengolah sampah di rumah sendiri, jenis-jenis pupuk organik padat dan cair, manfaat pupuk organik cair, serta aplikasi pupuk cair pada tanaman.
Terimakasih, dan selamat mencoba……
Jumat, 31 Oktober 2008
TATA CARA PEMBUATAN KOMPOS CAIR
PETUNJUK PEMBUATAN KOMPOS DAN PUPUK CAIR
PETUNJUK TEKNIS PEMBUATAN PUPUK KOMPOS DAN PUPUK CAIR
- Memperbaiki struktur tanah berlempung sehingga menjadi ringan,
- Memperbesar daya ikat tanah berpasir sehingga tanah tidak berderai,
- Menambah daya ikat air pada tanah,
- Memperbaiki drainase dan tata udara dalam tanah,
- Mempertinggi daya ikat tanah terhadap zat hara,
- Mengandung hara ynag lengkap, walaupun jumlahnya sedikit,
- Membantu proses pelapukan bahan mineral,
- Memberi ketersediaan bahan makanan bagi mikrobia.
BAHAN YANG DIBUTUHKAN
Bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan kompos adalah kototran ternak sapi, jerami padi, abu dapur, bakteri starter, dan kapur. Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan pupuk kompos ini adalah cangkul, sekop, ember, sabit.
CARA PEMBUATAN
Cara pembuatan pupuk kompos ini adalah
1) kotoran sapi dikeringkan sampai kadar air 60%,
2) Jerami dipotong pendek,
3) Feses (65%) dicampur dengan abu dapur, jerami padi, kapur sebanyak (15%) dan Bakteri starter (20%) dalam 1 kg feses. Pengadukan menggunakan cangkul serta buat lapisan untuk mempermudah pencampuran pada tempat pengomposan yang terlindungi dari sinar matahari dan hujan
4) Masukkan kompos yang tercampur dalam tempat pengomposan dengan ketinggian 1 meter secara berlapis-lapis dan ditutup dengan plastik supaya tidak terjadi penguapan air secara berlebihan,
5) Pembalikan atau aerasi dilakukan setiap 2 hari sekali.Kompos ini dibiarkan selama 1 bulan. Setelah satu bulan maka kesempurnaan kompos akan terlihat. Salah satu contohnya meliputi memiliki warna coklat kehitaman, bau kotoran hilang, tekstur tanah remah, bahan penyusun lembut, kondisi lembab baik dan bau seperti tanah.
Pupuk CAIR
Selama ini masih jarang penggunakan urine sapi sebagai pupuk padahal urine sapi memiliki prospek yang bagus untuk diolah menjadi pupuk cair karena mengandung unsur-unsur yang sangat dibutuhkan oleh tanaman secara lengkap seperti N, P, K, Ca, Mg yang terikat dalam bentuk senyawa organik.Urine sapi yang paling baik untuk diolah menjadi pupuk cair adalah urine sapi murni segar (kurang dari 24 jam) yang belum bercampur dengan cemaran lain yang ada dalam kandang. Dalam pembuatan pupuk urine, setiap 200 liter urine sapi segar membutuhkan bakteri pengurai yang berupa produk EM4 atau biotani sebanyak 0,5 % dan molases atau larutan gula sebagai energi bakteri sebanyak 1 liter.
BAHAN YANG DIGUNAKAN
Bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan pupuk cair ini adalah urine sapi segar murni, bakteri starter dan molases atau larutan gula. Alat yang digunakan adalah ember, pengaduk, bejana/botol/ dirigen tertutup untuk reaksi anaerob.
Cara pembuatan pupuk cair ini adalah
1) Siapkan urine sapi segar dalam bejana/botol/ dirigen tertutup,
2) Tambahkan bakteri starter sebanyak 0,5% dan molases atau larutan gula sebanyak 1 %.
3) Campuran diaduk secara merata dan ditutup dengan rapat.
4) Campuran diaduk setiap 1 minggu sekali.
5) Urine akan menjadi pupuk setelah terjadi perombakan atau degradasi selama 3 minggu. Pupuk cair yang sudah jadi ditandai dengan hilangnya bau urine.
dari berbagai sumber
Selengkapnya...
PUPUK RAMAH LINGKUNGAN
Berikut ini cara pembuatan pupuk yang ramah lingkungan yaitu pupuk kompos yang berasal dari sampah tanam-tanaman.dan sampah rumah tangga Karena sampah tanam-tanaman dan sampah rumah tangga kalau di biarkan akan menimbulkan penyakit, maka sampah tersebut akan di jadikan Pupuk Kompos yang tadinya sampah sekarangf jadi pupuk.Inilah dia caranya :
MENGENAL ROSELLA
"Dulu kelopak Rosella dikenal sebagai frambozen yang digunakan sebagai bahan pembuat sirup berwarna merah yang beraroma khas. Sekarang ini, kelopak Rosella dikenal sebagai bahan minuman dan disebut teh Rosella. Tanaman yang masih kerabat bunga sepatu ini banyak ditemukan sebagai tanaman pagar," . Mungkin karena sulit melafalkan nama frambozen, orang Jawa Tengah menyebutnya merambos ijo. Di daerah Pagar Alam, Sumatera Selatan, Rosella disebut kesew jawe dan di daerah Muara Enim disebut asam rejang. Orang Padang menyebutnya asam jarot.
Dari Mana Asalnya?
Pada tahun 1576 seorang ahli botani asal Belanda bernama M. de L'Obel menemukan tanaman ini ditanam di halaman sebuah rumah di Pulau Jawa. Padahal Rosella berasal dari India. Diduga tanaman ini dibawa oleh pedagang India saat datang ke Indonesia sekitar abad ke-14. Mungkin karena belum diketahui khasiatnya, dulu Rosella belum dikenal seperti sekarang. Jadi, bagaimana kok tanaman ini dianggap berasal dari Afrika? Rosella memang banyak tumbuh di sana juga. Penyebarannya tidak lepas dari peran para budak Afrika. Benih tanaman Rosella dibawa oleh para budak dan kemudian tumbuh di berbagai belahan dunia, di antaranya Sudan, Mexico, Jamaica, Brazil, Panama, hingga beberapa negara bagian Amerika dan Australia. Rosella yang selama ini dikenal sebagai bunga telah mengalami semacam salah kaprah penyebutan. Yang dimaksud bunga tidak lain sebenarnya adalah kelopak buah. Karena bentuknya seperti bunga (terlebih jika telah dikeringkan), maka orang menyebutnya bunga Rosella. Padahal, bahan pembuat teh itu lebih tepat disebut kelopak.
Kelopak Rosella bisa dikonsumsi dalam bentuk segar maupun dalam bentuk seduhan seperti teh. Di Mexico, bagian selatan California, dan Thailand, kelopak Rosella kering yang dimanfaatkan dengan cara diseduh seperti teh sangat populer dengan sebutan Jamaica, atau aqua de Jamaica. Di Senegal, teh Rosella dikenal dengan nama jus de bissap. Masyarakat Gambia menyebutnya wanjo, zobo, atau tsobo. Di Turki, kelopak Rosella kering yang disajikan dalam bentuk teh disebut Karkade. Kelopak Rosella segar juga dimanfaatkan menjadi berbagai bentuk makanan seperti puding, campuran salad, hingga selai dan sirup. Selain rasanya yang enak, kelopak bunga yang satu ini memang memiliki efek farmakologis yang cukup lengkap seperti diuretik (melancarkan air seni), onthelmintic(membasmi cacing), antibakteri, antiseptik, antiradang, menurunkan panas, meluruhkan dahak, menurunkan tekanan darah, mengurangi kekentalan darah, dan menstimulasi gerak peristaltik usus. Daun, buah, dan bijinya juga berperan sebagai diuretik, antisariawan, dan pereda nyeri. Kelopak Rosella juga dapat mengatasi panas dalam, sariawan, kolesterol tinggi, hipertensi, gangguan jantung, sembelit, mengurangi resiko osteoporosis, dan mencegah kanker darah.
Kaya Antioksidan
Di Indonesia, penelitian tentang uji komponen zat gizi dan aktivitas antioksidan pada kelopak Rosella pernah diteliti oleh Ir Didah Nurfaridah pada tahun 2005. Dalam penelitiannya tersebut, staf pengajar di Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, ini menemukan bahwa kadar antioksidan yang terkandung dalam kelopak kering Rosella jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman kumis kucing dan bunga knop.
Zat aktif yang paling berperan dalam kelopak bunga Rosella meliputi gossypetin, antosianin, dan glucoside hibiscin. Antosianin merupakan pigmen alami yang memberi warna merah pada seduhan kelopak bunga Rosella, dan bersifat antioksidan. "Kadar antioksidan yang tinggi pada kelopak Rosella dapat menghambat radikal bebas. Beberapa penyakit kronis yang ditemui saat ini banyak yang disebabkan oleh radikal bebas yang berlebihan. Di antaranya kerusakan ginjal, diabetes, jantung koroner, hingga kanker," ujar Didah.
Perbandingan kadar antosianin yang bersifat antioksidan dapat dilihat pada dua jenis Rosella yang ada. Meskipun berasal dari satu spesies, Rosella Sudan berwarna merah pekat kehitaman, sedangkan Rosella Taiwan berwarna merah darah. Rosella Sudan rasanya lebih asam dan lebih pekat sehingga kelopak keringnya dapat digunakan hingga 2-3 kali seduh. Berbeda dengan Rosella Taiwan yang hanya dapat digunakan sekali seduh. "Semakin pekat warna merah pada kelopak Rosella, rasanya akan semakin asam.
Dan kandungan antosianinnya semakin banyak. Dengan demikian, kandungan antioksidannya juga semakin banyak," kata Didah. Sayangnya, kadar antioksidan dalam kelopak Rosella menjadi berkurang jika dikeringkan dengan proses pemanasan (dipanggang dalam oven). Kadar senyawa berkhasiat yang terkandung dalam kelopak Rosella berada pada tingkat tertinggi jika dikonsumsi dalam bentuk segar.
Antikanker dan Antihipertensi
Di antara banyak khasiatnya, Rosella diunggulkan sebagai herba antikanker dan hipertensi. Ini sesuai dengan uji pra klinis yang dilakukan oleh Yun Ching Chang, seorang peneliti dari Institute of Biochemistry and Biotechnology, Chung Shan Medical University di Taiwan. Yun Ching Chang menemukan bahwa pigmen alami dari kelopak kering Rosella terbukti efektif dalam menghambat dan sekaligus mematikan sel kanker HL-60 (kanker darah atau leukemia). Pigmen ini jugs berperan dalam proses apoptosis (bunuh diri) sel kanker.
Sementara itu, Maureen Williams, ND, seorang dokter naturopati dari Bastyr University di Seattle, Amerika Serikat, telah melakukan studi terhadap 70 orang dengan tingkat penyakit hipertensi ringan hingga sedang yang berada dalam kondisi sehat dan tidak melakukan pengobatan apa pun sejak sebulan sebelum penelitian diujikan. Secara acak, sebagian orang diminta untuk mengonsumsi teh Rosella sebanyak satu setengah liter sebelum sarapan setiap hari. Sebagian lagi mengonsumsi 25 mg obat antihipertensi. Setelah empat minggu, ternyata tekanan darah diastolik berkurang hingga sepuluh angka untuk 79% orang yang mengonsumsi teh Rosella dan 84% pada orang yang mengonsumsi obat antihipertensi.
1)Jenis Cranberry /Ungu
Ciri-ciri:
- bunga berwarna merah keunguan
- rasanya segar dan tidak terlalu asam
- warna merah ketika diseduh sangat pekat
- bisa diseduh hingga 4x
2)Jenis Taiwan /Merah
Ciri-ciri:
- bunga berwarna merah
- rasanya segar dan asam
- warna merah ketika diseduh cukup pekat
- bisa diseduh hingga 2x
ROSELLA
Kelopak bunga Rosela dapat diambil sebagai bahan minuman segar berupa irup dan teh, selai dan minuman, terutama dari tanaman yang berkelopak bunga tebal, yaitu Rosela Merah. Kelopak bunga tersebut mengandung vitamin C, vitamin A, dan asam amino. Asam amino yang diperlukan tubuh, 18 diantaranya terdapat dalam kelopak bunga Rosela, termasuk arginin dan legnin yang berperan dalam proses peremajaan sel tubuh. Selain itu, Rosela juga mengandung protein dan kalsium.
Dari penelitian terbukti bahwa kelopak bunga Roselle mempunyai efek anti-hipertensi, kram otot dan anti infeksi-bakteri. Dalam eksperimen ditemukan juga bahwa ekstrak kelopak bunga Roselle mengurangi efek alcohol pada tubuh kita, mencegah pembentukan batu ginjal, dan memperlambat pertumbuhan jamur/bakteri/parasit penyebab demam tinggi. Kelopak bunga Roselle juga diketahui membantu melancarkan peredaran darah dengan mengurangi derajat kekentalan darah. Ini terjadi karena asam organic, poly-sakarida dan flavonoid yang terkandung dalam ekstrak kelopak bunga Roselle sebagai Farmakologi. Selain itu yang tidak kalah pentingnya adalah kelopak bunga Roselle mengandung vitamin C dalam kadar tinggi yang berfungsi untuk meningkatkan daya tahan tubuh manusia terhadap serangan penyakit.
Manfaat kelopak bunga Rosella
- Dapat mengurangi kepekatan/kekentalan darah
- Membantu proses
- Mencegah peradangan pada saluran kencing dan ginjal
- Penyaring racun pada tubuh
- Mencegah kekurangan Vitamin C
- Melancarkan peredaran darah
- Melancarkan buang air besar
- Menurunkan kadar penyerapan alkohol
- Penahan kekejangan
Penyakit yang dapat diobati :
- Tekanan Darah Tinggi ( Hipertensi )
- Batu Ginjal
- Batuk
- Lemah syahwat
- Lesu
- Demam
- Tekanan Perasaan
- Gusi berdarah
- Penyakit kulit
- Gigitan Serangga
- Luka
- Kurang darah
Kamis, 30 Oktober 2008
PETERNAKAN SAPI
Selalu Ada Pasar untuk Daging Sapi
Pernyataan tersebut diungkapkan oleh Teguh Boediyana, Direktur Eksekutif Asosiasi Produsen Daging dan Feedlot Indonesia (Apfindo). Salah satu penyebabnya adalah para pebisnis menganggap usaha penggemukan sapi tidak lagi terlalu aktraktif karena marjin keuntungan yang tipis.
Perlu Dukungan Pemerintah
Menurut Teguh, bisnis feedlot juga membutuhkan investasi yang besar. “Jadi kalau ada pengusaha yang terus melanjutkan bisnis feedlot-nya, itu karena terlanjur berinvestasi sehingga terpaksa melanjutkan meskipun keuntungannya tipis,” jelas Teguh.
Dalam waktu pemeliharaan 90 hari, seekor sapi dapat memberikan keuntungan Rp1 juta—Rp1,8 juta/ekor. Agar mendapat keuntungan yang optimal, ia menyarankan untuk memelihara sapi dalam jumlah yang relatif besar. Berdasarkan hitungannya, skala 2.500 ekor dinilai pas karena tidak mengancam alur keuangan dan sesuai dengan kapasitas angkut kapal sekali jalan.
Di sisi lain, kegiatan penggemukan sapi skala rakyat terganjal dengan diterapkannya PPN sebesar 10% terhadap hasil penggemukan sapi. “Seharusnya pemerintah tidak terpaku untuk impor daging sapi, sebaliknya terus meningkatkan pembinaan terhadap usaha ternak sapi rakyat,” kata Supardi, Ketua Kelompok Penggemukan Sapi “Budi Daya”, Desa Karang Endah, Kecamatan Terbanggi Besar, Lampung Tengah.
Hal tersebut diamini oleh Didiek Purwanto, Direktur Produksi PT Great Giant Livestock yang mempunyai program kemitraan sapi dengan petani di Provinsi Lampung. “Sebaiknya kita tidak melakukan impor terus-menerus agar tidak bergantung pada daging impor,” kata Didiek. Ke depan, taambah dia, impor harus semakin dikurangi dengan terus melakukan pembibitan dan budidaya yang baik, serta peningkatan kualitas sumberdaya manusia.
Dengan konsumsi daging nasional yang masih di bawah 2 kg/kapita/tahun dan pertambahan penduduk yang terus meningkat, prospek usaha peternakan sapi dinilai masih sangat baik oleh Prof. Dr. Ir. Kusuma Diwyanto, Peneliti Utama, Puslitbang Peternakan di Bogor. “Kendalanya ada di produksi, bukan di pemasaran. Jika peternak mampu berproduksi, pemasarannya selalu ada,” jelas Kusuma.
MERAMU PAKAN SAPI
Setiap feedlot mempunyai standar tersendiri dalam menentukan jenis pakan bagi ternak sapi yang digemukkannya sesuai daya dukung pakan di sekitar atau sumber pakan yang digunakan.
Pakan merupakan komponen terbesar, yakni mencapai 60%, dari biaya produksi peternakan. Hal ini tentu saja sangat dipengaruhi oleh jenis bahan bakunya. Untuk menekan biaya pakan, peternak atau perusahaan penggemukan mau tidak mau harus mencari alternatif bahan baku yang dapat dijadikan pakan berkualitas baik dan murah.
Apalagi dalam usaha pengembangan penggemukan sapi potong belakang ini harapan untuk mendapatkan keuntungan dari hasil penjualan sapi tidak terlalu besar. Pasalnya, harga sapi di pasaran sudah dipengaruhi oleh harga daging dan sapi impor.
Pihak feedlot maupun peternak hanya bisa berharap mendapatkan keuntungan dari peningkatan bobot sapi selama dalam proses penggemukan. Sedangkan berhasil tidaknya penggemukan sapi sesuai bobot ideal selama 90 hari, sangat ditentukan oleh asupan pakan yang diberikan.
Memanfaatkan Limbah
Selama ini secara umum pakan yang digunakan perusahaan berupa hijauan, seperti jerami dan tebon jagung, ditambah konsentrat. Ketersediaan pakan hijauan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan bahan baku dan musim. Tak jarang untuk mendapatkan bahan baku jerami maupun tebon terkadang harus ke sentra-sentra pertanian yang cukup jauh dari kegiatan penggemukan. Ini jelas membuat bengka biaya produksi.
Provinsi Lampung kaya akan limbah agroindustri yang dapat dijadikan pakan alternatif pengganti hijauan, berupa kulit nenas, bungkil sawit, bungkil kopra, onggok (limbah tepung tapioka), dan kulit kopi.
Pemanfaatan limbah tersebut menjadi pakan sapi potong telah dilakukan PT Great Giant Livestok Coy (GGLC) di Kecamatan Terbanggi, Lampung Tengah dan para petani yang menjadi mitra binaannya.
GGLC memanfaatkan kulit nenas limbah dari industri pengalengan nenas dari PT Great Giant Pineaple yang masih satu grup dengen perusahaan ini. Kulit nenas tersebut dicampur onggok singkong, bungkil kopra, bungkil sawit, kulit kopi, bungkil kapuk dan urea sebagai konsentrat.
Dalam ransum, kulit nenas diambil manfaatnya sebagai sumber serat dan energi bagi sapi. Sementara kebutuhan akan proteinnya dipasok dari campuran bungkil-bungkilan dan urea. Bahan baku pakan bersumber dari limbah industri ini cukup tersedia sepanjang tahun.
“Penggunaan kulit nenas dan limbah industri lainnya merupakan makanan pokok sapi yang dikembangkan GGLC. Pemanfaatan limbah agroindustri sebagai pakan sapi dapat mengefisienkan biaya produksi,” kata Didiek Purwanto, Direktur Produksi GGLC, kepada AGRINA.
Formulasi
Pada dasarnya penggunaan pakan dari bahan baku kulit nenas maupun jerami atau tebon jagung tidak ada perbedaan yang signifikan. Ini hanya tergantung pengaturan formulasinya karena masing-masing bahan baku tersebut mempunyai karakteristik sendiri-sendiri.
Pihak GGLC sendiri mempunyai alasan sederhana dalam memanfaatkan limbah kulit nenas sebagai pakan. Selain murah dan mudah didapat, sapi juga mempunyai alat pencernaan yang disebut polikastrik (perut jamak). Perut semacam ini mampu mensintetis sendiri bahan-bahan yang sebetulnya belum jadi bahan sumber nutrisi sesuai kebutuhan sapi.
Untuk menjadikan pakan /ransum tidaklah terlalu sulit. Bahan baku berupa kulit nenas, onggok, bungkil sawit, bungkil kopra, bungkil kedelai, bungkil biji kapuk dan kulit kopi diformulasikan sesuai kebutuhan sapi yang akan diberi pakan dengan mempertimbangkan pertambahan bobot badan sapi yang diinginkan.
Pembuatan ransum tidak juga memakan waktu lama karena pemberian pakan dalam kondisi segar. Kulit nenas dan bungkil-bungkilan serta urea dicampur menjadi satu pada saat akan diberikan kepada sapi. Perbandingannya, 50% kulit nenas dan 50% bungkil-bungkilan dengan kadar air 50%.
Untuk mencapai pertambahan bobot badan harian (average daily gain/ADG) membutuhkan pakan sebanyak 10% dari bobot hidup sapi. Bila bobotnya 300 kg, sapi itu perlu ransum sebanyak 30 kg/hari dalam kondisi basah. Kalau pakannya cukup kering, jumlah ransum diberikan sekitar 2,5—3% dari bobot sapi.
Untuk sapi berbobot 380—400 kg, setiap hari butuh pakan sebanyak 20—22 kg, dengan perbandingan kulit nenas 12 kg dan konsentrat 8 kg. Dengan pemberian pakan 20 kg/hari akan didapatkan ADG 1,3 kg/hari. Jatah pakan sapi harus disesuaikan dengan bobot badannya. Semakin berat bobotnya, semakin banyak pula yang diberikan akan naik secara proporsional.
Supriyanto, Lampung
Yang Baru Untuk Menggemukan Sapi Dengan semakin mahalnya harga bahan baku, inovasi teknologi menjadi penting guna meningkatkan efisiensi pemberian pakan sekaligus menaikkan produktivitas. Dalam bisnis sapi potong, banyak persoalan yang dihadapi peternak rakyat maupun pengusaha penggemukan (feedloter). Di antaranya, rendahnya tingkat pertambahan bobot badan sapi yang diusahakan (ADG). Padahal, aktivitas penting dalam usaha sapi potong itu adalah penggemukan. Di samping faktor genetis, ternyata kegiatan itu tidak dapat dilepaskan dari jaminan ketersediaan pakan baik kualitas maupun kuantitasnya. “Pakan memegang peranan 60%—70% dalam meningkatkan produktivitas,” ungkap Rochadi Tawaf, Ketua PPSKI Jabar. Menurut ahli maupun para pengusaha penggemukan, pakan yang baik untuk sapi potong adalah yang dapat memenuhi kebutuhan protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral. Secara alami, nutrisi tersebut terdapat dalam rerumputan, seperti rumput gajah. Namun, ketersediaan rumput kian hari semakin berkurang lantaran lahan pertanian banyak tergusur oleh kepentingan pembangunan lain. Di lain pihak, ketersediaan pakan di pedesaan yang berlimpah adalah jerami. Sayangnya, beda dengan rumput gajah, “Jerami termasuk sumber pakan yang berkualitas rendah sehingga untuk meningkatkan mutu jerami diperlukan sentuhan teknologi,” urai Rochadi. Dalam usaha penggemukan sapi pun tak hanya butuh ketersediaan pakan utama. Untuk mempercepat pertambahan bobot badan diperlukan pula pakan tambahan berupa konsentrat. Beberapa sumber bahan pakan tambahan yang biasa dimanfaatkan para peternak, dan kemudian diramu menjadi konsentrat, yaitu dedak, gaplek, onggok (ampas singkong), tepung jagung, pollar (ampas gandum), ampas tahu, bungkil kopra, atau limbah sawit. Persoalannya, menurut Yudi Guntara Noor, Ketua Umum Ikatan Sarjana Peternakan Indonesia (ISPI), sumber bahan baku pakan saat ini bermasalah. Bukan hanya di Indonesia, melainkan juga di dunia. Ia memberi contoh, sekarang gaplek sulit diperoleh. Sebab, banyak diekspor untuk kepentingan industri bioetanol. “Gaplek itu ada harga, nggak ada barang,” tandasnya. Demikian juga dengan onggok maupun pollar, lebih banyak diekspor. Saking sulitnya mendapatkan sumber energi, ada feedlot yang menggunakan bungkil kedelai, walaupun harganya mahal karena barang impor. Padahal sebelumnya tidak ada cerita feedlot memanfaatkan bahan baku pakan impor. Belum lagi, lanjut Yudi, berbicara soal pergeseran iklim yang berpengaruh terhadap perubahan peta pertanian. Probiotik Toni M. Wibowo, Direktur Operasional PT Lembu Jantan Perkasa (LJP), feedlot di Bandung, berpendapat, sebenarnya usaha penggemukan saat ini sudah memasuki masa jenuh. Sehingga perlu terobosan teknologi baru untuk bisa meningkatkan produktivitas dan kualitas daging, serta mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Hal senada diutarakan Rochadi. “Dengan naiknya harga bakalan dan sumber bahan baku pakan seperti sekarang, feedlot akan gulung tikar bila hanya mampu menghasilkan ADG 1,2 kg,” tandasnya. Supaya untung, imbuh dia, ADG-nya minimal harus 1,4 kg. Oleh sebab itu, perlu ada inovasi teknologi untuk menghasilkan bahan-bahan tambahan pakan yang mampu menaikkan ADG, dan mempercepat pertumbuhan. Inovasi teknologi itu pun mesti mampu mengefisienkan penyerapan pakan oleh ternak, sehingga dapat mengurangi kebutuhan pakan yang telah dihitung berdasar teori. Namun teknologi juga harus mampu menambah bobot badan harian secara optimal. “Inovasi teknologi untuk meningkatkan produktifitas itu sangat banyak. Salah satunya adalah probiotik,” ucap Rochadi. Dalam pengembangan teknologi di dunia sekarang, lanjut dia, probiotik paling banyak digunakan.. Menurut Balai Penelitian Ternak (Balitnak), Bogor, Jabar, probiotik adalah mikroba hidup dalam media pembawa yang menguntungkan ternak. Mikroba itu mampu menciptakan keseimbangan mikroflora dalam saluran pencernaan sehingga menciptakan kondisi optimum untuk pencernaan pakan, dan meningkatkan efisiensi konversi pakan. Zat nutrisi pakan pun menjadi mudah diserap. Manfaat lain adalah meningkatkan kesehatan ternak, mempercepat pertumbuhan, memperpendek jarak beranak, menurunkan kematian pedet, dan memproteksi dari penyakit penyebab penyakit tertentu. Pada akhirnya probiotik dapat meningkatkan produksi daging maupun susu. Di pasaran, kita mengenal beberapa bioteknologi probiotik yang sudah lama beredar seperti Starbio, Bioplus, dan Biosuplemen. Beragam formula itu menawarkan beberapa kelebihan yang berbeda. Biotetes Di luar itu, sekarang ada lagi terobosan bioteknologi karya warga Gorontalo, yakni Biotetes Sozo FM-4. Menurut Gubernur Gorontalo Fadel Muhammad, pihaknya sudah menerapkan pola penggemukan sapi dengan formula tersebut. Hasilnya, peternak Gorontalo sudah bisa memenuhi kebutuhan daging bagi masyarakat setempat. Bahkan, lanjut dia, melalui kebijakannya dalam setahun ke depan akan mulai mengekspor daging sapi lokal berkualitas ekspor ke Malaysia. “Dengan penambahan suplemen Sozo FM-4, penggemukan sapi itu menghasilkan daging berkualitas ekspor. Seperti tak berbau, berwarna merah cerah, sedikit lemak, lebih empuk, dan gurih meski diolah tanpa bumbu,” tandasnya. Di Gorontolo, imbuh Fadel, para peternak telah menggunakan Sozo FM-4 sejak setahun lalu. Dampaknya, peternak memperoleh keuntungan berlipat ganda. Manfaat nutrisi alami ini pun sudah dinikmati para peternak di Kalimantan. Awal Desember, Fadel datang ke Bandung untuk menyaksikan pemotongan sapi yang telah diberi perlakuan Sozo. Pemotongan dilakukan di Rumah Potong Hewan (RPH) Cirangrang, Kopo, Kota Bandung. Formulator Sozo, David Andi, menyatakan, sapi yang digemukkan dengan menambahkan biotetes Sozo FM-4, selain lebih cepat gemuk dan dagingnya padat, juga rasanya gurih serta berserat lebih halus. ”Kotorannya pun tak berbau dan bisa langsung digunakan sebagai pupuk kompos tanpa harus difermentasi,” ungkapnya sembari mencium kotoran sapi itu. Aji Cucu Anggara, seorang pedagang daging grosir di Pasar Andir, Kota Bandung, mengaku, baru petama kali mendapatkan daging sapi segar, berwarna merah cerah, tak berbau, dan berserat halus. ”Daging sapi ini termasuk grade A. Dan daging semacam ini banyak diminati konsumen,” komentarnya sambil menepuk-nepuk karkas sapi yang dipotong di Cirangrang itu. Pakan Irit, ADG Naik Boleh percaya atau tidak, kehadiran Sozo bisa menjadi angin segar bagi pengembangan usaha penggemukan sapi potong di tanah air. Betapa tidak, selain meningkatkan kualitas daging, secara signifikan formula tersebut mampu meningkatkan ADG, mengirit pakan, dan mereduksi dampak negatif limbahnya terhadap lingkungan. Sozo FM-4 sudah dicoba di LJP selama 92 hari penggemukan. Dari 30 ekor sapi yang diuji, 8 ekor di antaranya sudah dipotong. Indeks pertumbuhan sapi yang diberi perlakukan feed suplement itu rata-rata mencapai 44,8%. Sementara kontrol hanya 31,8%. Pun ADG-nya, dengan aplikasi Sozo FM-4, rata-rata menghasilkan 1,615 kg. Kontrolnya rata-rata 1,221 kg. Bukan hanya itu, menurut Toni, dengan menambahkan Sozo, pemberian pakan bisa ditekan menjadi 8 kg/hari/ekor. Padahal, untuk setiap kenaikan satu kg bobot badan sapi potong diperlukan pakan rata-rata 10 kg/hari/ekor (tergantung bobot badan). Aplikasi Sozo pun terbilang mudah. Menurut David, penggunaannya cukup diteteskan pada air minum atau pakan. Dosisnya, satu tetes per 40 kg bobot badan sapi. Frekuensi pemberian sekali sehari, selama masa penggemukan. Biotetes itu dijual dalam kemasan botol mini 10 ml atau berisi 200 tetes. Tentu, dengan penambahan Sozo, biaya pakan bertambah. Dari hasil uji coba di LJP, tambahan biaya itu Rp1.000/ekor/hari. Walau begitu ada selisih ADG 0,394 kg/hari. Bila harga sapi hidup dihargai Rp18.000/kg, maka diperoleh penambahan Rp7.092/hari. Penambahan pendapatan juga diperoleh dari selisih konsumsi pakan sebanyak 2 kg, atau sekitar Rp3.000. Dengan demikian, tambahan keuntungan per harinya sebesar Rp9.092. Kalau digemukkan selama 90 hari, berarti pendapatannya Rp818.280/ekor. Angka ini belum menghitung selisih karkas. Sedangkan dari hasil pengujian di LJP, karkas belum potong lemak dari sapi yang diberi perlakuan Sozo FM-4 sekitar 52%—55%. Kontrolnya sendiri berkisar 51%—53%. Anda masih belum yakin? “Terus terang, LJP pun termasuk perusahaan yang sulit untuk orang melakukan penelitian. Karena sebelumnya banyak orang yang berdagang dan mengiming-imingi ADG bisa naik 2—4 kg. Tapi ternyata hanya main-main,” aku Toni. Pihaknya mau melakukan penelitian Sozo karena ditantang apapun pihak Sozo mau. Waktu itu juga pihak Sozo tidak mengiming-imingi ADG akan naik sekian. Hanya disebutkan bau kotoran sapi akan menurun dan kualitas daging meningkat. “Setelah diteliti, ternyata dari bobot badan pun ada perbedaan antara yang diberi perlakuan dengan kontrol,” jelasnya. Kendati demikian, menurut Yudi, teknologi tersebut bisa diadopsi bila ketersediaan sumber pakan dapat teratasi lebih dulu. “Mengenai probiotik itu, kita harus mengadvokasi peternak yang tidak punya riset pakan. Kalau perlu difasilitasi pemerintah, lalu disosialisasikan kepada para peternak. Soalnya, improvement feedlot dalam teknologi pakan jauh lebih tinggi ketimbang peternak,” saran Yudi. Dadang WI |
Peternakan Sapi ADG
PETERNAKAN SAPI Dalam usaha penggemukan sapi, peningkatan bobot badan harian minimal 1,4 kg harus tercapai agar dapat meraih keuntungan. Pertambahan bobot badan sapi rata-rata per hari (average daily gain-ADG) memang menjadi poin penting yang harus diperhatikan setiap peternak sapi potong jika ingin mencapai keuntungan maksimal. Itulah sebabnya para pelaku bisnis penggemukan sapi selalu berupaya meningkatkan ADG ini. Menurut Supardi, Ketua Kelompok Penggemukan Sapi "Budi Daya" di Kampung Karang Endah, Terbanggi Besar, Lampung Tengah, penggemukan sapi potong di peternakan anggotanya menghasilkan pertambahan bobot sapi lokal rata—rata 1 kg per hari. Kalau bakalannya sapi impor, ADG-nya dapat mencapai 1,5 kg per hari. Sapi lokal digemukkan selama 120 hari, dari bobot awal 350 kg sampai menjadi 550 kg. Sedangkan, sapi bakalan dengan periode penggemukan selama 70 hari, dari bobot 350 kg menghasilkan bobot akhir 435—450 kg. Sementara itu Rochadi Tawaf, Ketua Perhimpunan Peternak Sapi Kerbau Indonesia (PPSKI) mengatakan, saat ini untuk menghasilkan satu kilogram bobot hidup diperlukan pakan rata-rata sekitar 10 kg (tergantung bobot badan). Sehingga perlu aplikasi teknologi pengolahan pakan guna memacu pertumbuhan bobot badan sapi. “Usaha penggemukan sapi akan menguntungkan jika mampu mencapai ADG 1,4 kg per hari,” jelasnya. Kualitas dan Kuantitas Pakan Di lingkup perusahaan, Bambang Hartoyo, General Manager PT Lembu Jantan Perkasa (LJP), perusahaan pembibitan dan penggemukan sapi potong di Serang, Banten, mengungkap contoh upaya mendongkrak ADG. Ia menuturkan, dalam meningkatkan ADG perusahaannya melakukan seleksi bibit, menjaga kualitas pakan, dan manajemen pemeliharaan yang tepat. Saat ini ADG yang dihasilkan pada 4.000—6.000 ekor sapi di kandang telah mencapai 1,2—1,4 kg dalam rentang waktu penggemukan 100—120 hari. “Dengan berbagai upaya itu, produksi ternak naik secara signifikan tanpa menambah biaya produksi terlalu tinggi dan usaha peternakan menjadi lebih efisien,” lanjutnya. Di kalangan peternak, Supardi menjelaskan, upaya peternak memperbaiki ADG masih tertuju pada asupan pakan yang diberikan. Pasalnya, faktor kuantitas dan kualitas pakan memang merupakan faktor utama penentu keberhasilan usaha peternakan. Tak heran bila hampir dua pertiga biaya produksi dianggarkan untuk pengadaan pakan. Selama ini kebanyakan peternak masih belum memenuhi kecukupan pakan, baik jumlah maupun kandungan nutrisinya. Untuk mengatasi masalah tersebut, berbagai terobosan telah dilakukan dalam pengolahan pakan guna meningkatkan nilai gizi dari pakan ternak. Umumnya, dengan membuat hijauan kering (hay), penambahan urea (amoniasi), dan awetan hijauan (silase). “Tapi, teknologi yang berkembang di peternak dengan pembuatan pakan tidak hanya sekedar awet (silase) tapi juga kadar nutrien sesuai dengan kebutuhan gizi yang akan diberikan,” ungkap Supardi. Rochadi Tawaf, menyarankan peternak perlu menerapkan teknologi yang tepat agar dapat memacu pertumbuhan bobot badan sapi sehingga dapat menghasilkan sesuai dengan ADG yang diharapkan. David Andi, seorang formulator probiotik, menambahkan, salah satu upaya yang dapat meningkatkan produktivitas ternak adalah pemanfaatan probiotik. Pasalnya, probiotik mampu menciptakan keseimbangan mikroflora dalam pencernaan sapi sehingga konversi pakan menjadi daging akan lebih efisien. Pemberian probiotik yang dicampurkan pada pakan bisa meningkatkan ADG sampai 1,6 kg. Yan Suhendar
ADG Meningkat, Untung Diraih
Bisnis Gula Aren
Selain gula dan etanol, apa saja kegunaan aren yang lain dan seberapa besar terdapat di Indonesia? Aren dengan nama ilmiah Arenga pinnata sudah sejak lama dikenal para petani kita sebagai tanaman bernilai ekonomis. Namun hingga kini masukan ilmu dan teknologi pada aren masih sangat minimum. Berbeda dengan kelapa dan kelapa sawit, tanaman sefamili aren. Agribisnis berbasis aren menghasilkan produk utama gula merah atau gula kristal yang bisa menjadi sumber gula alternatif sehingga kita tidak pusing dengan impor gula lagi. Bagaimana potensinya untuk dikembangkan? Sekarang baru disadari aren mempunyai potensi yang luar biasa besarnya dari segi ekonomi, pemerataan pendapatan, dan penanggulangan kemiskinan, serta pelestarian lingkungan. Dari segi pemerataan pendapatan, aren diusahakan petani-petani kecil dan kebanyakan masih belum dibudidayakan dan tumbuh liar di hutan-hutan sekitar pemukiman. Karena itu produk-produk ekonomis tadi dimanfaatkan rakyat yang berpenghasilan rendah. Jadi aren ini dapat dijadikan program penanggulangan pengangguran dan kemiskinan di pedesaan. Dari segi kelestarian lingkungan, aren tumbuh subur bersama-sama pohon lain. Oleh karena itu, aren mampu menciptakan ekologi yang baik sehingga tercipta keseimbangan biologi. Di samping itu, karena dia tumbuh bersama-sama pohon lain dapat menjadi penahan air yang baik dan aren relatif sulit untuk terbakar. Berbeda dengan kelapa sawit dan kelapa yang membutuhkan kondisi monokultur. Apa kelebihan aren dibanding dengan tebu? Aren jauh lebih produktif dari tanaman tebu dalam menghasilkan kristal gula dan biofuel per satuan luas. Produktivitasnya bisa 4—8 kali dibandingkan tebu. Dan rendemen gulanya 12%, sedangkan tebu rata-rata hanya 7%. Gula aren dinilai baik dan dapat dijadikan gula kristal yang dapat diekspor. Yang menarik, tanaman aren tidak membutuhkan pemupukan untuk tumbuh, tidak terserang hama dan penyakit yang mengharuskan penggunaan pestisida sehingga aman bagi lingkungan. Bahkan boleh dikatakan produknya organik. Apa yang menjadi masalah dalam pengembangannya? Masalah pengembangannya adalah pengetahuan kita mengenai aren sangat minim dibandingkan kelapa sawit, kelapa, dan tebu. Kalau kita mau mengembangkan dalam skala regional dan nasional, pengetahuan tentang aren harus ditambah. Pengetahuan yang mendesak adalah mengenai seleksi tanaman yang mempunyai produktivitas tinggi dan cara perbanyakannya. Dan tak kalah pentingnya masalah organisasi dan manajemen. Mulai dari organisasi petani, organisasi pabrik, dan organisasi distribusi dari petani ke pabrik, serta manajemen yang mengelola sistem agribisnis berbasis aren tersebut. Apakah sudah ada contoh pengolahan aren dalam skala besar? Ada. Contoh dapat kita di Tomohon, Sulawesi Utara. Pabrik modern yang diusahakan Yayasan Masarang itu sekarang sudah mengolah nira menjadi gula semut berkualitas tinggi untuk ekspor. Pabrik Gula Aren Masarang ini mulai berproduksi sejak 2006. Saat ini produksi rata-rata 3,5 ton gula kristal atau gula semut per hari. Mereka berhubungan dengan petani pemasok nira sebanyak 3.500 orang yang tersebar di 35 desa di Kota Tomohon. Petani menerima harga jual nira Rp2.000/liter. Dan ketika nira telah diolah menjadi gula semut, petani juga memperoleh bagian keuntungan sehingga pabrik dan petani sama-sama beroleh keuntungan. Pabrik gula aren modern pertama di Indonesia bahkan di dunia ini pada Minggu (15/01), lalu baru diresmikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Presiden juga sekaligus melepas ekspor perdana gula aren sebanyak 12,5 ton ke Belanda. Selain Belanda, ekspor juga akan dilakukan ke Swiss dan Jerman. Suatu hal yang menggembirakan, Menko Kesra Aburizal Bakrie akan mereplikasi pabrik gula aren modern ini di sepuluh provinsi pada 2007. Dan investasi untuk pabrik ini tidak terlalu mahal, sekitar US$ 1 juta untuk kapasitas 20 ton gula semut per hari. Harapan saya nanti bank akan melirik usaha ini khususnya membiayai pabrik dan perdagangannya.
Potensi Besar Agribisnis Aren
Jumlahnya secara pasti belum diketahui tapi diyakini potensi aren di Indonesia luar biasa besar yang tersebar mulai dari daerah pantai sampai ke pegunungan.
Dan nira aren dapat diolah menjadi etanol, sumber energi yang bisa diperbarui. Selain menghasilkan gula dan etanol, pohon aren juga bisa memproduksi lidi, ijuk, daun untuk atap rumah, dan kayu dengan kualitas sangat baik. Dari aren juga bisa dihasilkan makanan enak, yaitu kolang kaling.
Dari segi ekonomi, aren melalui suatu proses sangat sederhana menghasilkan nira sebagai produk utama yang bisa diproses jadi gula merah sebagai pengganti gula putih dan etanol yang sangat penting untuk energi.
Harga ekspornya Rp50.000/kg dan di tingkat konsumen di Belanda Rp90.000/kg, bandingkan harga gula pasir sekitar Rp7.000/kg. Dari gula aren itu juga bisa didapatkan 30% berupa molase untuk membuat etanol bahan biofuel.
Aren dapat tumbuh pada lahan marginal di lereng gunung atau berbukit-bukit bersama tanaman lain. Sedangkan tebu harus ditanam di lahan subur yang datar sehingga dalam penggunaan lahan bersaing dengan tanaman lain seperti padi dan jagung.
Kedua, pengetahuan mengenai proses panen yang efisien dan efektif. Ketiga, transportasi nira dari pohon ke pabrik agar tidak rusak. Dan keempat, sistem pengolahan hasil yang modern.