Tanaman aren memperbanyak diri hanya melalui biji. Karenanya, untuk keperluan budidaya dibutuhkan biji. Biji yang dipilih untuk pembibitan tentu harus berkualitas baik dan sudah matang sempurna. Biji untuk pembibitan bisa berasal aren yang keluar dari perut musang, biji tua hasil pemetikan langsung dari pohon, dan biji aren tua dari pohon yang ditebang.
Ada beberapa cara dan asal pengumpulan biji untuk persiapan bibit antara lain dengan cara :
a). Pembibitan dan biji yang keluar dari perut musang
Mula–mula direndam dalam air dingin selama lebih dari kurang 5 menit. Kemudian dibersihkan dan dijemur sekitar 2 hari. Setelah kering, biji disemaikan dalan polibag yang telah diisi dengan tanah subur dan gembur (jika perlu bisa dicampur dengan sedikit pupuk organik) dengan kedalaman sekitar 1 cm. Biasanya dalam waktu 12-13 hari biji aren mulai berkecambah, yang ditandai dengan munculnya hipokotil. Selanjutnya setelah 30 hari disemaikan, biji tersebut muncul ke permukaan tanah polibag. Persentase perkecambah biji aren dengan cara ini mencapai 80-85 %.
b). Pembibitan biji aren tua yang dipetik langsung dari pohon
Mula-mula biji dipendam di dalan tumpukan sampah yang masih basah dan sudah agak membusuk , selama lebih kurang 15 hari. Tujuannya, selain untuk memudahkan pengupasan kulit buah juga untuk merangsang proses fisiologi perkecambah biji. Setelah itu biji dicuci dengan air dingin dan dikeringkan di bawah panas matahari sekitar 2 hari. Selanjutnya biji di semaikan dalam polibag seperti untuk penyemaian dari biji yang keluar dari perut musang. Tempat persemaian sebaiknya dinaungi, bahkan beberapa petani biasa menutupi bedengan, setelah berkecambah tutup bedengan baru dibuka. Kecambah di dalam bedengan tetap dinaungi dan disiram secukupnya untuk menjaga kelembaban. Biasanya setelah 34 hari biji akan mulai berkecambah dan sekitar 2-3 minggu kemudian biji akan muncul kepermukaan tanah polibag. Persentase perkecambahaan bahan biji dengan cara ini sekitar 45 %.
c). Pembibitan biji aren tua yang berasal dari pohon yang di tebang
Cara ini merupakan modifikasi dari model pembibitan biji aren yang dipetik langsung dari pohon. Urutannya dimulai dengan memetik buah, pemendaman, dalam sampah, pengulitan, pembersihan, dan penjemuran. Sebelum disemaikan, bagian punggung biji diiris (dekat bakal tunas) selebar kira-kira 5 mm. Selanjutnya biji direndam dalam air dingin sekitar 24 jam untuk mempercepat proses imbibisi. Setelah itu biji disemaikan dalam polibag dan biasanya sesudah 16-17 hari mulai berkecambah, dan 2-3 minggu kemudian akan muncul kepermukaan. Persentase perkecambahan biji aren dengan cara ini sekitar 75 %.
d). Pembibitan aren dapat juga dilakukan dengan menggunakan biji aren tua yang berasal dari buah yang berjatuhan. Caranya dapat dilakukan dengan sistem pembibitan dari biji yang buahnya dipetik langsung dari pohon yang ditebang.
Karena tanaman aren dapat diperbanyak secara generatif (dengan biji), maka akan diperoleh bibit tanaman dalam jumlah besar, sehingga dapat dengan mudah mengembangkan (membudidayakan) tanaman aren secara besar-besaran.
Langkah yang perlu dilakukan dalam pengumpulan dan pemilihan biji adalah sebagai berikut :
· Pengumpulan buah aren yang memenuhi persyaratan.
· Berasal dari pohon aren yang pertumbuhannya sehat, berdaun lebat.
· Buah aren masak benar (warna kuning kecoklatan dan daging buah lunak).
· Buah berukuran besar (diameter minimal 4 cm)
· Kulit buah halus (tidak diserang penyaklit).
· Keluarkan biji aren buah yang telah dikumpulkan dengan membelahnya.
· Memilih biji-bijian aren yang memenuhi syarat :
· Ukuran biji relative besar
· Berwarna hitam kecoklat-coklatan
· Permukaan halus (tidak keriput)
· Biji dalam keadaan sehat/tidak berpenyakit.
Yang perlu diperhatikan dalam pengumpulan biji adalah bahwa buah aren terkandung asam oksalat yang apabila mengenai kulit kita akan menimbulkan rasa sangat gatal. Oleh Karena itu perlu perlu dilakukan pencegahan antara lain dengan cara :
· Memakai sarung tangan apabila kita sedang mengambil biji dari buahnya.
· Hindari agar tangan kita tidak menyentuh bagian tubuh lain, ketika mengeluarkan biji-biji aren tersebut dari buahnya.
· Cara lain untuk mencegah agar tidak terkena getah aren ketika kita sedang mengeluarkan bijinya dari buah yaitu dengan memeram terlebih dahulu buah-buah aren yang sudah tua sampai membusuk.
Pemeraman dapat dilakukan dengan memasukan buah aren ke dalam kotak kayu dan ditutup dengan karung goni yang selalu dibasahi. Setelah ± 10 hari, buah aren menjadi busuk yang akan memudahkan pengambilan biji-bijian.
Pembibitan
Pengadaan bibit dapat dilakukan dengan dua cara yaitu bibit dari : permudaan alam dan bibit dari hasil persemaian biji.
Pengadaan bibit dari permudaan alam/anakan liar.
Proses pembibitan secara alami dibantu oleh binatang yaitu musang (Paradoxurus hermaproditus). Binatang tersebut memakan buah-buahan aren dan bijinya dan bijinya keluar secara utuh dari perutnya bersama kotoran. Bibit tumbuh tersebar secara tidak teratur dan berkelompok. Untuk menanamnya dilapangan, dapat dilakukan dengan mencabut secara putaran (bibit diambil bersama-sama dengan tanahnya).
Pemindahan bibit ini dapat langsung segera ditanam di lapangan atau melalui proses penyapihan dengan memasukan anakan ke dalam kantong plastic (polybag) selama 2-4 minggu.
Pengadaan bibit melalui persemaian
Untuk mendapatkan bibit dalam jumlah yang besar dengan kualitas yang baik, dilakukan melalui pengadaan bibit dengan persemaian. Namun untuk mendapakan benih yang baik perlu memilih pohon induk yang memenuhi syarat. Adapun kriteria pohon induk yang baik adalah sebagai berikut :
1. Batang pohon harus besar dengan pelepah daun merunduk dan rimbun
Sampai saat ini tanaman aren yang tumbuh dilapangan dikategorikan dalam 2 aksesi yaitu Aren Genjah (pohon agak kecil dan pendek) dengan produksi nira antara 10 - 15 liter/tandan/hari, dan Aren Dalam (pohon besar dan tinggi) dengan produksi nira 20 – 30 liter/tandan/hari. Untuk pohon induk dianjurkan adalah aksesi Dalam.
Oleh karena itu hal yang harus diperhatikan dalam memilih dan menentukan pohon induk sebagai sumber benih yaitu pohon yang sudah berbunga baik sistem pembungaan betina maupun sistem pembungaan jantan dan sedang disadap niranya. Hal ini penting karena tanaman aren dikenal sebagai tanaman hapaksantik yaitu fase reproduktifnya membatasi pertumbuhan batang dengan daya tahan hidup mencapai 3 tahun.
2. Pohon terpilih harus memiliki produktifitas yang tinggi
Untuk mengetahui bahwa pohon induk yang telah dipilih sebagai sumber benih dari mayang betina dengan memiliki produktifitas nira yang tinggi antara 20 – 30 liter/mayang/hari, maka perlu dilakukan penyadapan nira dari mayang jantan pertama atau kedua. Sebab tidak semua mayang jantan yang keluar (9 – 11 mayang) dan tidak semua pohon mengeluarkan nira. Hal ini sangat dipengaruhi oleh proses fisiologi tanaman. Apabila yang disadap mayang jantan pertama atau kedua produksi niranya banyak maka pohon tersebut adalah produktif untuk pohon induk sebagai sumber benih. Pohon yang terpilih sebagai sumber benih dengan produksi nira yang banyak maka tidak dianjurkan untuk proses penyadapan untuk tandan-tandan selanjutnya secara berturut-turut. Bila pohon induk dilakukan penyadapan terus menerus (dipaksa) maka akan menghasilkan buah yang kelihatannya utuh tetapi bijinya berkerut bahkan kempes sehingga bila ditanam menghasilkan pohon aren yang tidak baik.
Pengumpulan buah dan biji
1. Pengumpulan buah
Buah yang digunakan sebagai sumber benih harus matang, sehat yang ditandai dengan kulit buah yang berwarna kuning kecoklatan, tidak terserang hama dan penyakit dengan diameter buah ± 4 cm. Sebaiknya buah yang diambil adalah yang terletak dibagian luar rakila. Buah aren ini dapat disimpan selama 2 minggu pada karung plastik atau kardus untuk memudahkan pemisahan biji (benih) dari kulit.
2. Pengambilan biji dari buah
Pengambilan biji dari dalam buah aren harus menggunakan sarung tangan karena buah aren mengandung asam oksalat yang akan menimbulkan rasa gatal apabila kena kulit. Cara lain, yaitu dengan memeram buah-buah aren yang telah dikumpulkan sampai kulit buah menjadi busuk sehingga biji telah terpisah dari daging buah. Dengan cara ini, biji dapat diambil dengan mudah dan pada kondisi ini kulit buah aren tidak gatal lagi.
Pematahan Dormansi Biji untuk mempercepat perkececambahan
Secara alami biji aren memiliki masa dormansi yang cukup lama, yaitu bervariasi dari 1-12 bulan yang terutama disebabkan oleh kulit biji yang keras dan impermeabel sehingga menghambat terjadinya imbibisi air ke dalam biji. Upaya pematahan dormansi telah dilakukan untuk mengatasi impermeabilitas kulit biji ini melalui perendaman dengan HCl, H2SO4, air panas dan skarifikasi. Dormansi biji aren juga disebabkan oleh adanya zat inhibitor perkecambahan seperti ABA, kematangan embrio yang belum sempurna dan faktor genetis tanaman aren.
Dapat dikatakan bahwa penyebab dormansi kemungkinan besar berasal dari kulit biji yang impermeabel dan inhibitor perkecambahan yang ada pada kulit biji dan endosperm biji, karena embrio yang ditanam langsung secara in vitro dapat tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan eksplan embrio+endosperm. Artinya endosperm berpengaruh menghambat pertumbuhan embrio itu sendiri.
Pembibitan Aren memerlukan waktu yang lama, karena benih aren memiliki sifat dormansi. Walaupun dormansi benih merupakan sifat alami untuk dapat bertahan hidup agar spesiesnya tetap lestari, tetapi sifat dormansi benih tersebut dapat mengganggu pelaksanaan kegiatan pembibitan. Kendala yang masih dihadapi dalam penyediaan bibit aren antara lain belum tersedianya teknologi yang dapat memperpendek dormansi benih
Hasil penelitian menunjukkan bahwa daya berkecambah sangat rendah dan beragam (10 – 65%), dan waktu yang diperlukan untuk memulai berkecambah cukup lama yakni sekitar 4 – 6 bulan (Mashud, dkk.,1989).
Penyebab kedormanan benih aren antara lain adalah tebalnya kulit benih dan ketidakseimbangan senyawa perangsang dan senyawa penghambat dalam memacu aktivitas perkecambahan benih. Disamping itu meningkatnya senyawa kalsium oksalat pada buah aren yang telah matang juga diduga sebagai penghambat perkecambahan, disisi lain kalsium oksalat dikeluhkan oleh petani karena dapat menimbulkan rasa gatal. Pada dasarnya dormansi benih aren dapat diperpendek dengan berbagai perlakuan sebelum dikecambahkan, baik secara fisik, kimia dan biologi.
Dikenal beberapa cara untuk memecahkan dormansi biji aren.
Cara I :
· Merendam biji dalam larutan HCL dengan kepekatan 95 % dalam waktu 15 – 25 menit.
· Meredam biji dalam air panas bersuhu 50º selama 3 menit.
· Biji dikikis kulitnya di daerah pertumbuhan kecambah, lalu direndam dalam air selama 4 hari , kemudian disimpan pada suhu 28°-30°C sampai terjadi perkecambahan. Kecambah kemudian ditanam dalam pasir halus yang lembab hingga mencapai pertumbuhan daun ketiga
· Media penyemaian dapat dibuat dengan kantong plastic ukuran 20 x 25 cm yang diisi dengan kompos, pasir dan tanah 3 : 1 : 1 dan lubangi secukupnya pada bagian bawahnya sebagai saluran drainase. Biji-biji yang telah diperlakukan tersebut dimasukan kedalam kantong plastic tersebut sedalam sekitar ¾ bagian biji di bawah permukaan tanah dengan lembaga menghadap ke bawah dengan posisi agak miring.
· Untuk mencapai bibit siap tanam di lapangan (ukuran = 40 cm) diperlukan waktu persemaian 12 – 15 bulan.
Cara II :
· Merendam biji dengan larutan KNO3 dengan kepekatan 0,5 % selama 36 jam (Saleh, 2003)
· Meredam biji dalam air panas bersuhu 50º selama 3 menit.
· Memberi perlakuan fisik dengan mengikis punggung (dekat embrio) atau skarifikasi dengan kertas amplas
· Media penyemaian dapat dibuat dengan kantong plastic ukuran 20 x 25 cm yang diisi dengan kompos, pasir dan tanah 3 : 1 : 1 dan lubangi secukupnya pada bagian bawahnya sebagai saluran drainase. Biji-biji yang telah diperlakukan tersebut dimasukan kedalam kantong plastic tersebut sedalam sekitar ¾ bagian biji di bawah permukaan tanah dengan lembaga menghadap ke bawah dengan posisi agak miring.
· Daya kecambah sekitar 40 – 50 %, kecepatan berkecambah sekitar 40 - 55 hari.
· Bibit yang telah ditanam memerlukan penyiraman dan naungan agar terhindar dari cahaya matahari secara langsung. Bibit aren dapat dipindahkan ke lapangan (ditanam) setelah berumur 6-8 bulan sejak daun pertama terbentuk.
Cara III
· Biji yang sudah dikumpulkan dikeringkan dengan cara dijemur selama 1-2 hari.
· Kemudian biji direndam selama 24 jam
· Biji diangkat dan dimasukkan kantongan plastik yang kedap udara dan diikat tertutup, hal ini dilakukan sampai biji pecah dan kecambah muncul. Menurut pengalaman petani tahap ini memerlukan waktu sekitar 7 hari.
· Hanya biji-biji yang berkecambah yang diambil untuk dipindakan di polibag, sedang biji yang belum berkecambah dikembalikan lagi ke dalam kantong plastik. Kantong plastik yang berisi benih ini disimpan pada tempat tertutup. Penyimpanan kantong-kantong yang berisi biji ini sebaiknya pada media sekam padi. Karena dengan kondisi yang lembab di dalam kantong plastik sekaligus hangat di timbunan sekam padi, dapat memacu embrio untuk berkecambah. Pengalaman ini adalah dari petani aren dari Sulawesi Selatan dan sudah dipraktekkan di kebun pembibitan aren di Nunukan Kalimantan Timur.
Cara IV
· Apabila bibit aren sudah berumur sekitar 4 bulan atau sudah setinggi 3 cm, maka bibit dipindahkan ke polibag lain yang telah diisi dengan media tanam yang lebih subur (terdiri dari tanah dan pupuk organik atau pupuk kandang dengan perbandingan 1:2). Ukuran polibagnya pun harus lebih besar, misalnya lebarnya 25 cm dan tingginya 30 cm.
Pemeliharaan selama pembibitan
Pemeliharaan selama pembibitan meliputi penyiraman rutin, penyiangan, pengemburan tanah, dan pemupukan. Sampai bibit umur 2-3 tahun pemberian pupuk cukup dua kali. Pupuk yang diberikan berupa NPK atau Urea, TSP, dan ZK dengan perbandingan yang sama. Untuk tahun pertama setiap bibit cukup diberi 20 g dan tahun berikutnya 40 g.
Pemeliharaan bibit polibag kecil di persemaian tahap 1 dilakukan dengan cara :
· Benih yang sudah berkecambah di tanam dalam polibag ukuran 15 x 20 cm dengan media tanam campuran tanah : sekam : pupuk kompos (3 : 1 :1) atau bahan dan perbandingan yang lain.
· Bibit polibag ini disusun dengan agak dijarangkan dengan jarak antar polibag sekitar 20-30 cm.
· Penyiraman bibit 2 kali sehari, pagi jam 08.00 – 09.00 dan sore hari jam 15.00 – 16.00
· Penyiangan persemaian yaitu menghilangkan rumput-rumput pengganggu yang tumbuh baik di polibag maupun di tanah tempat persemaian.
· Pemberantasan hama dan penyakit, apabila ada gejala serangan hama dan penyakit.
· Pemberian pupuk pada bibit kecil ini dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu pada tanah di sekitar bibit tanaman.
· Adapun jenis dan jumlah pupuk yang diberikan pada saat persemaian ini belum terlalu banyak, karena tanamannya masih kecil.
· Persemaian 1 ini berjalan selama antara 4-5 bulan atau sesuai perkembangan tanaman, sehingga polibag terasa sudah tidak nyaman lagi bagi bibit tanaman aren ini, karena perkembangan akar, batang dan daunnya sudah agak besar.
Pemeliharaan bibit polibag besar di persemaian tahap 2 dilakukan dengan cara :
· Ukuran polibag yang digunakan pada persemaian 2 ini sama dengan yang digunakan untuk bibit kelapa sawit, yaitu ukuran 20 kg atau berukuran , 50x80 atau 60x90 cm.
· Media tanam yang digunakan adalah tanah : sekam : pupuk kompos (4:2:2)
· Setelah polibag besar diisi media sekitar 1/2 volume polibag, polibag bibit disusun teratur dengan jarak antar polibag sekitar 80 – 100 cm.
· Pemindahan bibit dari polibag pertama ke polibag besar dilakukan tidak merubah posisi letak polibag besar yang sudah berisi tanah. Bibit dan medianya diambil dengan cara merobek polibag kecil dengan pisau tanpa membongkar media dan susunan perakarannya, kemudian diletakkan pada polibag yang sudah berisi tanah tersebut. Media tanah ditambahkan untuk menutup bibit tersebut sehingga polibag terlihat penuh.
· Penyiraman pada persemaian bibit polibag besar ini pada pembibitan skala besar biasa menggunakan sistem irigasi springkler. Pengairan dilakukan minimal satu hari sekali, tergantung kelembaban tanah atau curah hujan.
· Pemupukan dilakukan setiap sebulan sekali dengan jenis pupuk Urea & SP 36 sebanyak 10 -20 gram/ pohon, atau bisa juga dilakukan setiap 2 bulan dengan jenis pupuk Urea & SP 36 sebanyak 20 -40 gram/ pohon.
· Pemeliharaan dilakukan sampai bibit siap ditanam di lapangan, dengan umur bibit sekitar 16-18 bulan setelah semai.
Penanaman
Bibit yang baik dan siap ditanam mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
· Perkembangan pertumbuhan akar batang dan daunnya proporsional.
· Akar sudah menembus keluar dari polibag, batangnya cukup kokoh dan daunnya membuka lebar dengan susunan daun yang merekah (tidak menguncup).
· Jumlah daun cukup banyak (sekitar 6 -10 lembar), warna daun hijau segar dengan permukaan yang mengkilat.
Kelebihan tanaman aren dibanding tanaman perkebunan lainnya seperti sawit adalah, tanaman aren bisa ditanam secara berdampingan dengan tanaman lain atau dengan sistem tumpang sari. Namun demikian penanaman aren dapat dilakukan dengan sistim monokultur atau dengan sistim agroforestri/tumpangsari.
Dengan sistim monokultur terlebih dahulu dilakukan pembersihan lapangan dari vegetasi yang ada (land clearing) dan pengolahan tanah dengan pembajakan atau pencangkulan serta pembuatan lubang tanaman.
Pembuatan lubang tanaman dengan ukuran 30 x 30 x 30 cm dan jarak antar lubang (jarak tanam) 5 x 5 m atau 9 x 9 m. untuk mempercepat pertumbuhan pada lubang tanaman diberi tanah yang telah dicampur dengan pupuk kandang, urea, TSP, sekitar 3 – 5 hari setelah lubang tanaman disiapkan, baru dilakukan penanaman. Bibit yang baru ditanam, sebaiknya diberi naungan atau peneduh.
Sistim agroforestri/tumpangsari, ini dapat dilakukan dengan menamai bagian lahan yang terbuka yaitu diantara kedua tanaman pokok dengan tanaman penutup tanah seperti leguminose atau tanaman palawija
Setelah bibit aren berumur 2-3 tahun, maka penanaman dapat dilaksanakan. Lubang tanaman harus sudah dibuat 2-3 bulan sebelum penanaman dengan ukuran 50x50x50 cm atau lebih besar. Jarak antar lubang idealnya 9x9 m, tetapi dapat juga lebih besar atau lebih kecil tergantung kondisi lahan. Sekitar satu bulan menjelang penanaman, dan baiknya galian dari lubang tanaman dimasukkan serta dicampur pupuk kandang sebanyak dua kaleng minyak tanah.
Penanaman sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan agar diperoleh lingkungan yang lembab dan cukup air. Pekerjaan yang penting selama pemeliharaan tanaman aren tidaklah banyak, kecuali membersihkan lahan di sekitar tanaman dan membuang pelepah daun kering. Sambil menunggu tanaman berbunga , ijuk dan daun mudanya sudah dapat dinikmati hasil penjualannya.
Sampai sekarang belum ada aturan baku tentang cara pemupukan serta jenis dan dosis pupuk untuk tanaman aren dewasa. Bahkan dapat dikatakan belum ada yang melakukannya. Sementara masalah hama dan penyakit, juga dilaporkan tidak ada jenis pengganggu yang sangat membahayakan tanaman aren.
Selengkapnya...
Sabtu, 01 Agustus 2009
Teknik Pembibitan Aren
Gula Semut - Palm Sugar
Aren merupakan tumbuhan berbiji tertutup dimana biji buahnya terbungkus daging buah. Pohon aren banyak terdapat hampir di seluruh wilayah Indonesia. Tanaman ini hampir mirip dengan pohon kelapa. Perbedaannya, jika pohon kelapa batang pohonnya bersih, maka batang pohon aren sangat kotor karena batangnya terbalut ijuk yang warnanya hitam dan sangat kuat sehingga pelepah daun yang sudah tuapun sulit diambil dari batangnya. Semua bagian pohon aren dapat diambil manfaatnya, mulai dari akar (untuk obat tradisional), batang (untuk berbagai macam peralatan dan bangunan), daun muda/janur untuk pembungkus kertas rokok. Hasil produksinya juga dapat dimanfaatkan, misalnya buah aren muda untuk pembuatan kolang-kaling, air nira untuk bahan pembuatan gula merah/cuka dan pati/tepung dalam batang untuk bahan pembuatan berbagai macam makanan.
Untuk dapat diambil patinya (tepungnya), pohon aren harus sudah berumur sekitar 20 tahun. Sampai saat inipun ternyata tepung dari batang pohon aren belum ada penggantinya (tepung substitusinya), sebab tepung aren memiliki keunggulan yang khas.
Cara Membuat Tepung Aren
Pembuatan tepung aren dilakukan melalui terlebih dahulu menebang batang pohon aren kemudian dipotong-potong sepanjang 1,25 - 2 meter. Potongan batang aren kemudian dipecah membujur menjadi empat bagian yang sama besarnya sehingga nampak bagian dalamnya dimana terdapat empelur yang mengandung sel-sel parenchym penyimpan tepung. Kemudian empelur dipisahkan dari kulit dalamnya, kemudian dipotong-potong menjadi 6-8 bagian, lalu digiling dengan menggunakan mesin parut. Hasil parutan berupa serbuk yang keluar dari mesin dikumpulkan kemudian diayak untuk memisahkan serbuk-serbuk dari serat-seratnya yang kasar. Proses selanjutnya adalah mengambil tepung dari serbuk-serbuk halus.
Saat ini telah tercatat ada empat jenis pohon yang termasuk kelompok aren yaitu : Arenge pinata (Wurmb) Merr, Arenge undulatitolia Bree, Arenge westerhoutii Grift dan Arenge ambcang Becc. Diantaranya keempat jenis tersebut yang sudah dikenal manfaatnya adalah arenge piñata, yang dikenal sehari-hari dengan nama aren atau enau.
Bentuk Pohon, Bunga dan Buah
Aren termasuk suku Aracaceae (pinang-pinangan). BAtangnya tidak berduri, tidak bercabang, tinggi dapat mencapai 25 meter dan diameter pohon dapat mencapai 65 cm. Tanaman ini hampir mirip dengan pohon kelapa. Perbedaannya,, jika pohon kelapa batang pohonnya bersih (pelepah daun yang tua mudah lepas), maka batang pohon aren ini sangat kotor karena batangnya terbalut oleh ijuk sehingga pelepah daun yang sudah tua sulit diambil atau lepas dari batangnya. Oleh karena itulah, batang pohon aren sering ditumbuhi oleh banyak tanaman jenis paku-pakuan.
Tangkai daun aren panjangnya dapat mencapai 1,5 meter, helaian daun panjangnya dapat mencapai 1.45 meter, lebar 7 cm dan bagian bawah daun ada lapisan lilin.
Aren (Arrenge pinnata) mempunyai banyak nama daerah seperti : bakjuk/bakjok (Aceh), pola/paula (Karo), bagot (Toba), agaton/bargat (Mandailing), anau/neluluk/nanggong (Jawa), aren/kawung (Sunda), hanau (dayak,Kalimantan), Onau (Toraja, Sulawesi), mana/nawa-nawa (Ambon, Maluku)
Sumber Wikipedia
Selengkapnya...
Investasi Kebun Aren
MENJADI MILYARDER DENGAN 1 HEKTAR KEBUN AREN INTENSIF
Oleh : Dian Kusumanto
Menjadi milyarder? Apa mungkin? Apalagi dari kebun Aren yang selama ini nggak pernah menarik minat para investor? Apa mungkin ya? Dst…. Pertanyaan-pertanyaan seperti ini pasti akan muncul setelah Anda membaca judul tulisan ini. Milyarder artinya orang yang punya uang dengan jumlah diatas Rp 1 Milyard. Bagaimana kalau Rp 500 juta, itu juga termasuk Milyarder, tapi masih separuhnya, alias setengah Milyarder. Namun yang saya maksud ini adalah yang pertama, yaitu diatas Rp 1 Milyard, itu yang berhak disebut sebagai Milyarder.
Apakah bisa? Lalu seberapa luas lahan kebun Aren untuk bisa mencapai penghasilan 1 Milyard? Apa Betul Cuma dengan memiliki 1 hektar kebun Aren? Bagaimana ini bisa terjadi? Pertanyaan tadi seperti memberondong kita karena rasa penasaran kita dengan judul di atas. Saya tidak bermaksud membawa Anda ‘berpanjang angan-angan’, tapi saya ingin mengajak Anda untuk membuat prospek dan potensi ini menjadi kenyataan. Bahwa kebun Aren akan dapat membawa kita kepada kejayaan, kemakmuran, mencapai kekayaan finansial, dengan mengelolanya sebagaimana mestinya.
Gambaran kemungkinannya adalah dengan perhitungan-perhitungan demikian :
1. Satu Hektar kebun Aren ditanam 200 pohon, dengan jarak tanam 5 x 10; atau 6 x 8 m2.
2. Dengan pemeliharaan yang bagus, setelah 6-7 tahun seluruh pohon bisa menghasilkan dengan prosentase sadap 80 % atau sebanyak 160 pohon setiap hari.
3. Dengan pemeliharaan yang sesuai ‘SOP kebunaren DK’ maka produktifitas nira akan mencapai 15 liter/hari/pohon.
4. Jadi produksi nira dari kebun Aren 1 hektar adalah 160 pohon x 15 liter/r/phn = 2.400 liter/hari/hektar
5. Nira 2.400 liter/hari ini akan diolah menjadi Gula Aren Organik (GAO), sebanyak 400 kg/hari.
6. Jika GAO ini harga jualnya Rp 10.000 /kg, maka akan diperoleh pendapatan dari 1 hektar kebun Aren : 400 kg/hari x Rp 10.000 /kg = Rp 4 juta /hari.
7. Pendapatan kotor Rp 4 juta /hari, atau Rp 120 juta /bulan; atau Rp 1,44 Milyard per tahun.
8. Rp 1,44 Milyard lebih dari Rp 1 Milyard, berarti yang memperolehnya disebut Milyarder.
Dari asumsi-asumsi di atas yang perlu dilihat adalah angka-angka itu tidaklah terlalu fantastik, atau sulit dicapai. Tidak, sama sekali tidak. Karena dalam kenyataannya banyak petani yang mencapai angka-angka diatas asumsi tadi, sebagai contoh :
1. Produksi nira ada kebun petani yang mencapai 40 liter per pohon seperti yang saya lihat di Mambunut Nunukan. Di Soppeng Sulawesi Selatan petani banyak petani yang bisa mencapai 20 liter/pohon/hari. Sedangkan di Sulawesi Utara banyak petani mengatakan bahwa mereka bisa memperoleh nira 20-25 liter/hari/pohon.
2. Harga Gula Aren biasa di pasaran lokal sebenarnya lebih dari Rp 10.000/kg, apalagi Gula Aren Organik (GAO) di pasaran yang lebih khusus dan harga ekspor. Untuk pasar luar negeri harga eksportir setidaknya di atas Rp 15.000 – 20.000 /kg.
3. Jadi angka-angka untuk mencapai sebutan Milyarder itu sebenarnya tidaklah terlalu bombastis, atau mustahil untuk dicapai. Angka itu sangat mungkin dicapai kalau pengelolaan sesuai dengan ‘SOP kebunaren DK’ (Dian Kusumanto).
Lalu bagaimana ‘SOP kebunaren DK’ itu ? Ikuti tulisan yang akan datang ! Bravo Aren !!
By kebun aren Nunukan; Jumat, Juli 31, 2009
Selengkapnya...
Cerita Dari Tanah Harapan
Pemuda Gholib hanya punya sepeda ontel (kayuh) yang dibawanya dari Jawa, uang saku dari pemerintah Rp 7.000, dan utang dari seorang keponakan Rp 50.000. Itulah modalnya saat tiba di lokasi transmigrasi di Satuan Kelompok Perumahan D, Desa Rambah Muda, Kecamatan Rambah, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau, tahun 1982.
Selang 25 tahun kemudian, Gholib (51) sudah menunaikan ibadah haji bersama istrinya, Munasarah (41), memiliki 40 hektar lahan kebun sawit dan karet, yang 28 hektar di antaranya sudah menghasilkan sekitar Rp 30 juta per bulan, dua rumah yang salah satunya di Jawa, mobil, beberapa toko, serta mampu membiayai sekolah enam anak yang empat di antaranya kuliah di Jawa.
Kisah tentang Haji Gholib dan Hajah Munasarah—demikian mereka dipanggil warga desa—dimulai dari perjalanan melelahkan dari desa kecil di Bojonegoro, Jawa Timur, pada awal Mei 1982. Munasarah muda tak pernah tahu tujuan dari perjalanan ke Jakarta. Suaminya, Gholib, hanya menjelaskan, mereka akan naik pesawat terbang dari Jakarta, menuju sebuah tanah harapan, tempat mereka akan membesarkan anak-anak kelak.
Saat menunggu pesawat yang akan menerbangkan mereka, barulah Munasarah mengerti, suaminya telah mendaftarkan diri menjadi transmigran. Munasarah galau, tetapi kepercayaan pada suaminya membuatnya pasrah.
Setelah naik pesawat Hercules dari Jakarta, pasangan muda yang baru dikaruniai anak berumur lima bulan itu tiba di Pekanbaru, Provinsi Riau. Bagi Munasarah, inilah pertama kalinya menginjak tanah Sumatera, Pulau Emas atau Swarna Dwipa.
Menangis
“Saya memang awalnya tak bilang mau transmigrasi kepada istri, takut dia tak mau. Tetapi, hidup di Jawa yang susah tanpa lahan untuk bertani membuat saya harus mencari peluang yang lebih baik walau harus meninggalkan kampung halaman,” tutur Gholib yang lahir di Desa Gajah, Kecamatan Baureno, Kabupaten Bojonegoro.
Dari Pekanbaru, keluarga kecil ini bersesakan dengan 60 transmigran lain dalam bus menuju Satuan Kelompok Permukiman D, Desa Rambah Muda, yang saat ini berada di Kecamatan Rambah Hilir, Kabupaten Rokan Hulu.
“Sepanjang jalan, kami hanya melihat hutan. Beberapa kali bus harus menyeberang dengan jembatan ponton. Butuh waktu satu hari satu malam dari Pekanbaru untuk menuju Rambah Muda,” kata Munasarah.
Ketika mereka tiba di rumah baru, malam sudah menjelang. Hujan yang turun dengan deras menyambut mereka. Bunyi air hujan yang memukul atap rumah dari seng menakutkan Munasarah. Malam itu, dia menangis.
Seumur hidup itulah pertama kali Munasarah mendengar hujan bisa menimbulkan bunyi yang begitu ribut. Di kampung halamannya, rumahnya yang beratap genting tanah bakar tak menimbulkan bunyi gemerisik akibat hujan. Suaminya, Gholib, mencoba menenangkannya dan menjelaskan bahwa sebuah cara hidup baru telah dimulai.
Membanting tulang
Semangat Gholib menular pada Munasarah. Ketika transmigran lain masih bermalas-malasan sambil menghabiskan jatah hidup dari pemerintah, keluarga muda ini justru membanting tulang. Gholib mulai mencangkul tanah jatah miliknya seluas 2 hektar. Sering kali dia bekerja hingga malam. “Saat bulan purnama, biasanya saya mencangkul. Saya tak sabar ingin segera bisa menanam dan memetik hasilnya,” ungkap Gholib.
Munasarah tak ketinggalan. Dia pintar menghemat beras jatah bantuan pemerintah dan menjual kelebihannya di Pasar Muara Rumbai dengan berjalan kaki sejauh 10 kilometer. Uang hasil penjualan beras dibelikan tembakau untuk suaminya dan kebutuhan pokok lainnya. “Tetapi, di desa ternyata banyak yang mau membeli tembakau yang awalnya saya belikan untuk bapak. Itulah awal kami mulai jualan,” kata Munasarah menjelaskan.
Usaha jual-beli oleh keluarga ini pun berkembang pesat. Gholib memanfaatkan sepeda ontelnya untuk belanja lebih banyak lagi barang dagangan hingga ke pasar Dalu-dalu, perbatasan dengan Sumatera Utara, sejauh sekitar 15 kilometer dari rumahnya.
Munasarah melengkapi tokonya dengan kerupuk buatan sendiri. Kini, toko keluarga ini sudah berkembang pesat dan menjadi toko terbesar di Rambah Mudo dengan nilai ratusan juta rupiah. Munasarah memegang kendali toko keluarga ini, sementara Gholib tetap terfokus pada pertanian.
Berbuah manis
Ketika belum ada transmigran yang melirik perkebunan kelapa sawit, Gholib mulai mencari alternatif tanaman lain. Dalam bayangan Gholib, lahan seluas 2 hektar terlalu luas jika hanya ditanami padi dan palawija.
Akhirnya, Gholib melirik tanaman keras, yaitu sawit dan karet. “Seorang kenalan dari Medan mengenalkan sawit dan karet itu. Waktu itu, saya merasa tanaman ini akan jadi tanaman masa depan,” paparnya.
Jalan memang masih berliku sesudah itu. Akan tetapi, proyeksinya benar. Lebih dari segalanya adalah kerja keras. Firdaus telah hilang, orang harus kerja keras.
Kini, Gholib tinggal menunggu hasil sadapan getah karet dan bulir-bulir tandan buah segar kelapa sawitnya. Namun, dia tak lupa pada akarnya. Saudara dan tetangganya di Jawa yang kesulitan secara ekonomi diboyong dan diberinya pekerjaan. []
Sumber: Kompas.
Selengkapnya...