Sabtu, 09 Mei 2009

SIPIROK SEJARAH YANG TERLUPAKAN

SIPIROK SEJARAH PENDIDIKAN YANG TERLUPAKAN

Oh sipirok……
Banua najogi ....
Banua nasonang
Par monang-monang


Sekilas tentang sipirok
Sipirok terletak di lembah gunung Sibual-buali pada ketinggian 910 m diatas permukaan laut. Daerah ini berhawa sejuk, karna letaknya didataran tinggi. Sama halnya dengan Brastagi kab Karo. Menurut cerita orang yang pernah berkunjung ke daerah ini, mungkin karena hawanya sejuk dan rasa nasi hasil padi yang ditanam oleh penduduk setempat membuat selera makan kita bertambah. Daerah ini dihuni oleh mayoritas penduduk bermarga Siregar yang bermigrasi ke Sipirok dari daerah Muara (Kab Tobasa) pada tahun 1350 M.
Kecamatan Sipirok disebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Utara, disebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Marancar, sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Padang Sidempuan Timur dan Kecamatan Arse.
Aliran belerang dari gunung berapi Sibual-buali melimpahkan kesuburan pada daerah ini. Kesuburan tanah dataran tinggi ini menjadikan Kecamatan Sipirok salah satu andalan penghasil pangan untuk Wilayah Sumatera Utara seperti Padi, Gula Aren, Kulit Manis dll. Dari hasil bumi inilah pada era 50-an dan 60-an banyak diantara penduduk Sipirok sanggup untuk menyekolahkan putra-putri mereka sampai ke luar negri.


Pendidikan di sipirok
Sejak zaman dahulu masyarakat Sipirok memang akrab dengan dunia pendidikan. Hal ini terbukti dengan banyaknya keturunan orang Sipirok yang berpendidikan tinggi dan berhasil di banyak bidang kehidupan yang mereka jalani. Namun tidak banyak ditemukan jejak dan petunjuk tentang pendidikan masa lalu di daerah ini.
Menurut buku tulisan Mangaraja Onggang Parlindungan yang berjudul “Tuanku Rao, Terror Agama Islam Mazhab Hambali di Tanah Batak”, Di sipirok pernah terdapat Sekolah Pusat Pendidikan Militer yang digunakan oleh Tentara Paderi untuk menghasilkan ankatan perang yang tangguh. Sekolah Pusat Pnedidikan Militer ini mampu menghasilkan kekuatan militer yang bisa mengimbangi kekuatan Tentara Napoleon dan Tentara Nazi dengan jumlah murid sebanyak 35000 orang. Namun rasanya sungguh aneh ketika hal ini di tanyakan kepada para Pemuka Masyarakat di Sipirok banyak yang tidak mengetahuinya.
Hal ini juga bisa difahami karna satu-satunya sumber yang bercerita tentang hal ini yakni buku “Tuanku Rao, Terror Agama Islam Mazhab Hambali di Tanah Batak” menjadi polemik yang berkepajangan. Banyak tokoh yang menentang isi buku ini, salah satunya adalah Buya HAMKA, beliau mengatakan buku ini banyak kekeliruan dalam buku ini termasuk gaya bahasanya yang aneh, tetapi oleh banyak pemerhati sejarah buku ini pantas untuk mendapatkan penghargaan tersendiri.
Pada tahun 1860-an minat masarakat Sipirok pada pendidikan sangat tinggi. Untuk itulah namora natoras (pemangku adat) setempat merasa perlu diadakan pembangunan dibidang pendidikan sehingga dimulailah pembangunan dengan membangun mesjid raya serta beberapa bangunan lembaga pendidikan lainnya.
Mereka meminta kepada Syeik Muhammad Yunus Huraba yang baru pulang menuntut ilmu dari mekkah untuk membangun dunia pendidikan Sipirok. Dengan hadirnya Syeikh di Sipirok, dapat dipastikan bahwa struktur masyarakat Sipirok akhirnya dapat berkembang sesuai dengan masyarakat modern untuk level saat itu. Beliau menjadikan Sipirok menjadi Pusat pendidikan Islam dan banyak melahirkan Ulama besar. Diantaranya adalah Syeik Syukur Labuo dari Parau Sorat dan anaknya sendiri yang bernama Tuan Syeik Ahmad Disipirok. Syeik Muhammad Yunus Huraba tutup usia pada tahun 1909.
Sedangkan menurut salah seorang Pemuka Masyarakat ketika ditanya tentang keberadaan Pusat pendidikan Militer yang di bangun Angkatan Perang Bonjol mengatakan yang meminta namanya tidak disebutkan menyatakan bahwa menurut cerita orang tua yang dia dapat, pada zaman penjajahan, Belanda pernah mendirikan sekolah Militer dibekas markas Tentara Bonjol, yakni di lokasi Rumah Sakit Umum Sipirok (belakang HKBP Sipirok) dengan lokasi latihan tempur dari RSU sampai pegunungan Sibual-buali. Namun hal ini juga tak banyak di ketahui oleh masyarakat, bahkan menurutnya hal ini sepertinya sengaja dilupakan karna cerita tentang hal ini mengandung banyak kontroversi dan memang sebaiknya dilupakan tak banyak ditemukan fakta mengenai hal ini.
Pada tahun 1868 didaerah ini juga berdiri sekolah guru tepatnya di Parau Sorat. Murid pertamanya berjumlah lima orang, yaitu: Thomas, Paulus, Markus, Johannes dan Epraim. Guru mereka adalah Dr. A. Screiber dan Leipold, ternyata hal ini juga tidak banyak diketahui oleh masyarakat. Sekolah ini banyak melahirkan guru yang kelak menjadi penyebar ajaran Agama Kristen.
Setelah itu, tak banyak petunjuk tentang fakta pendidikan di Sipirok. Menurut informasi yang didapat dari Guru Ismet (salah seorang tokoh pendidikan / pensiunan guru yang tinggal di Sipirok) Pada tahun 1901 oleh Belanda didirikanlah sekolah yang sekarang menjadi SMP Negeri 1 Sipirok. Hal ini terlihat dari arsitektur bagunan gedung sekolah ini, mulai dari tiang, jendela , pintu, atap, papan tulis memperlihatkan bahwa bangungan ini adalah bangunan tua, sedangkan sekolah tertua seperti SD Negeri 1 Sipirok dan SMA Negeri 1 Sipirok tidak ditemukan tahun pasti berdirinya.

Masa demi masa pendidikan di Sipirok
di-era 60-70an, didaerah ini pernah berdiri SMKK (Sekolah Menengah Kesejahteraan Keluarga ) di Jl. Pesanggarahan yang meliputi Jurusan Tata Boga, Tata Busana dan Tata Rias dan SMEP (Sekolah Menengah Ekonomi Pertama) di Jl. Simangambat No. 178 yang dirubah menjadi SMP Negeri 3 Sipirok. Juga STM Negeri Sipirok di Kelurahan Baringin. Sekarang bangunan SMKK dan STM yang dulu pernah ada di Kecamatan Sipirok tidak dipergunakan lagi.
Gaung pendidikan di Sipirok baru terdengar kembali pada tahun 1997, ketika dibangun Sekolah Bertaraf Internasional di Sipirok. Sekolah ini adalah SMU Negeri 3 Plus Sipirok oleh mantan Gubernur Sumatra Utara Alm Letjen (Purn) Raja Inal Siregar, beliau adalah putra daerah Sipirok. Sekolah ini cukup berhasil dalam mendidik siswanya untuk level saat ini. Selain itu, SMP Negeri 1 Sipirok juga dipilih oleh Pemerintah sebagai salah satu SMP Percontohan di Indonesia, dimana sekolah ini menjadi salah satu sekolah yang mempunyai Program Ilmu Keterampilan Dasar.
Sudah tidak menjadi rahasia umum bahwa pendidikan telah membawa putra-putri Sipirok menjadi berhasil menjadi pengusaha ataupun menjadi , sederet jabatan dalam pemerintahan pernah dipangku oleh putra-putri daerah ini. Seperti Menteri, Gubernur BI, Hakim Agung, Gubernur, Duta Besar dll. Omp Doli, salah seorang tokoh masyarakat di Desa Gunung Manaon bercerita sebanyak 27 orang kuliah ke Luar Negeri, yakni 25 orang ke Jepang dan dua orang ke Australia teman sebayanya alumni dari SMA Negeri 1 Sipirok pada tahun 1950-an. Tetapi tak satupun dari teman-temannya itu menetap di Indonesia, hal ini disebabkan karna mereka merasa tidak di hargai oleh Pemerintah
Oleh karena itu, satu pertanyaan yang perlu untuk dijawab sendiri oleh masyarakat Sipirok, apakah generasi muda Sipirok banyak mengetahui sejarah yang pernah terjadi di Sipirok sehingga mereka dapat membandingkan kondisi mereka sekarang dengan jaman keemasan pendidikan yang membawa putra-putri pada keberhasilan? Bagaimana respon masyarakat Sipirok untuk memajukan pendidikan di Sipirok?
Silahkan jawab sendiri!

Oleh : Ismail Fazri Siregar, Penulis adalah Putra Sipirok