Rabu, 22 April 2009

Untung Besar Dari Pembesaran Bebek dan Ayam

tag">Agribisnis
20-04-2009
*mas khairaniWow! Ada bebek bertelur duit?! Satu ekor bisa menelurkan hingga Rp 10.000. Bila jumlah bebek yang dipelihara sebanyak 200 ekor, berarti duitnya berlipat hingga Rp 2 juta.Sejak enam bulan lalu, hari-hari Halimatussakdiah disibukkan dengan ratusan ekor anak bebek. Bersama kedua anaknya, ibu berusia 38 ini, merawat ‘bayi-bayi’ bebek hingga berusia tiga bulan. “Kalau lihat bebek-bebek, rasa jenuh saya jadi hilang,” akunya ketika MedanBisnis, berkunjung ke lokasi peternakannya di Tanjungmorawa, Kabupaten Deliserdang.Hatinya semakin girang manakala menerima lembaran pundi-pundi dari penjualan bebek.


Bebek yang dipeliharanya sekarang ini berusia dua bulan. Itu berarti, sekitar satu bulan lagi rupiah dari tangan agen pembeli akan pindah ke kantongnya. Malah, beberapa hari lalu seorang agen telah membawa 60 ekor bebek berusia dua bulan dari kandang. Sebagai ganti, Halimah menerima Rp 17.000 per ekor. Sementara, untuk bebek usia tiga bulan, biasanya dihargai Rp 20.000 per ekor.Menurutnya, bebek yang dipeliharanya khusus untuk bebek panggang. “Saya tidak tahu pasarnya kemana. Selama ini, saya hanya pelihara saja,” ungkapnya.Pada mulanya, Halimah memelihara kambing. Sebelum dijual, jumlahnya sebanyak 15 ekor. Tetapi, lama-kelamaan dia merasa kerepotan. Lalu, kambing satu per satu dijual dan diganti dengan ayam Australia. “Ada teman yang kasih ide supaya pelihara ayam saja,” ungkapnya lagi.Saran cemerlang itu diterimanya. Bermodal awal sekitar Rp 5 juta, Halimah mendirikan kandang ayam di pekarangan samping rumahnya. Dia membeli 300 ekor anak ayam berusia sekitar tiga hingga tujuh hari. Harga per ekor Rp 4.500. Dia juga sekaligus menyediakan sembilan sak pakan ternak untuk stok satu bulan. Harga pakan satu sak (50 kg) Rp 245 ribu. Selama masa pemeliharaan, biaya obat ayam mencapai Rp 200.000.Masa pemeliharaan ayam potong ini, terbilang sangat singkat. Hanya dalam jangka waktu 28 hari saja, ternak sudah bisa dipanen dengan berat berkisar 1,3 hingga 1,4 kg per ekor.Ketika panen pertama, ternyata Halimah sudah bisa balik modal (break event point/BEP). Bahkan, bisa pula mengantongi keuntungan meski belum terbilang besar. Terlebih, harga jual pada saat panen cukup baik, yaitu Rp 15.000 per kg.Bila ditilik dari hitung-hitungan sederhana untuk mengetahui nilai keuntungan yang diperoleh, anggap saja jumlah ayam selama masa pemeliharaan mengalami penyusutan sebanyak 10% atau sekitar 30 ekor dari jumlah total yang dipelihara. Sementara, berat per satu ekor ayam di kala panen, rata-rata 1,3 kg. Maka, total penjualan ayam pada panen pertama adalah Rp 5.265.000. Halimah masih memperoleh sisa balik modal senilai Rp 265.000 setelah dikeluarkan ongkos modal Rp 5 juta.Berangkat dari pengalaman pertama yang begitu mengesankan, Halimah semakin bersemangat untuk kembali memelihara bayi-bayi ayam. Jumlahnya juga diperbanyak menjadi lebih dari 300 ekor. Bahkan, lama-kelamaan meningkat menjadi 1.000 ekor.

Bebek Suka Kotoran Ayam
Umumnya, kandang ayam selalu berbau tak sedap dan mendatangkan lalat. Apalagi, dengan jumlah yang terbilang cukup banyak. Bila tak pandai-pandai mengatasi limbahnya, bisa-bisa orang sekampung marah besar.Kandang ayam Halimah, agaknya sedikit berbeda. Selain tak berlalat, di bawah kandang ayam juga tak terlihat tumpukan tahi ayam. Ternyata, rahasianya di bebek. Menurutnya, bebek memang sengaja dipelihara di bawah kandang ayam. “Bebek suka kotoran ayam. Kotoran ayam-ayam akan dimakan habis oleh bebek. Jadi, beternak ayam bisa lebih hemat tenaga dan bebas bau karena dasar kandang tak perlu dibersihkan lagi,” ujarnya.Ibarat sekali merengkuh dayung dua tiga pulau terlampaui, anggota Lembaga Keuangan Mikro Pokmas Mandiri ini, menangguk dua untung sekaligus. Dari panen ayam, juga bebek.